ILMU DAN AGAMA
1.
Apakah Ilmu itu ?
Ilmu
merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam
bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan
dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang
sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan
dikemukakan beberapa pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang
sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
“Science is knowledge arranged in a system, especially
obtained by observation and testing of fact (And English reader’s dictionary)
“Science is a systematized knowledge obtained by
study, observation, experiment” (Webster’s super New School and Office
Dictionary)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu
memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri
khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5)
“Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.
Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan
dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang
disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan
atau sistem dari berbagai pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan
adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah
berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan. Ilmu pengetahuan tidak dipahami
sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat
dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai
dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan
keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu
pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan
mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia. Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang
bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan
menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena
banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte
yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan. Pertama, menurut Auguste Comte ilmu
pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis.
Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat
abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam
lingkungan positifistik.
2.
Kedudukan Ilmu Menurut Islam
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam ,
hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL qur’an yang memandang orang berilmu
dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak
memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan
lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin
dari AL qur’ansangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu,
sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama
Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai
berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan
yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al
–sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan
,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’
ALLAH
s.w.t berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“ALLAH meninggikan baeberapa derajat
(tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang
berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmuakan menjadi memperoleh
kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong
untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar
betapa kecilnya manusia dihadapan ALLAH ,sehingga akan tumbuh rasakepada ALLAH
bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan fuirman ALLAH:
“sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba –hambanya
hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat faatir:28)
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang
berilmu sangat istimewa, AL qur’an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam
AL qur’an sursat Thaha ayayt 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku
,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep
membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan
islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat
dari firman ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya:
1.
“Bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan.
Dia
2.
Telah menciptakan Kamu dari segummpal darah .
3.
Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah.
4.
Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala
.
5.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui.”
Ayat –ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat
islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan ALLAH
akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLAH akan menjiwai
seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa
keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis
Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi
tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .
Di samping ayat –ayat AL qur”an, banyak nyajuga hadisyang
memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip
dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) :
“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina
,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim’”(hadis riwayat
Baihaqi). “Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya
menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim . sesungguhnya Malaikat akan
meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut
“(hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).
Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam
pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam
tanpa mengenal batas wilayah.
3.
Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Agama
Menurut
Muhammad Abduh, agama merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga mengajarkannya
kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk menjalankanya. Agama
merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira
dan sedih. agama menurut sebagian orang merupakan sesuatu hal yang menyangkut
hati; suatu hal yang sangat berarti; suatu hal yang menuntun jiwa untuk
menemukan keyakinan. Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan
segala apa yang pernah ada, membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah
dimiliki manusia. Agama membuat orang melakukan aktifitas yang harus
bersesuaian dengan apa yang diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun
ringan. Agama menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya,
karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi
pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif membimbing manusia untuk
memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang
berada diujung pedang, jika salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi
agama agama datang sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia
tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan
manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas operasi dari kulit
manusia.
Bagi
kalangan barat, agama adalah penghalang kemajuan. Oleh karena itu, mereka
beranggapan, jika ingin maju maka agama tidak boleh lagi mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan dunia. Seorang Karl marx mengatakan bahwa agama adalah candu
masyarakat, candu merupakan zat yang dapat menimbulkan halusianasi yang membius.
Marks mendefinisikan bahwa setiap pemikiran tentang agama dan tuhan sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia. sebagai seorang materialisme, Marks sama
sekali tidak percaya adanya Tuhan dan secara tegas ia ingin memerangi semua
agama. Dalam pernyataan Marks, sebenarnya yang dimaksud dengan candu masyarakat
merupakan kritik terhadap realitas yang tidak berpihak pada kaum lemah.
Misalnya orang yang sedang kelaparan hanya membutuhkan nasi atau sepotong roti
untuk mengisi perutnya, bukan membutuhkan siraman rohani ataupun khutbah yang
berisikan tentang kesabaran, namun tidak memperdulikan tentang realitas sosial
Dalam
pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang
kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan
adalah alam empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari
alam.
Dari segi
tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagia didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai
sarana mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut
agama adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Menurut
Amstal, bahwa agama cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang
sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari
yang baru, tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan
objektif. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu
bertujuan memberi ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin
karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan
sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia. Misalnya,
Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya
tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas
cobaan tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun
menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran lempengan bumi,
oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi
kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengatasinya.
Karekteristik
agama dan ilmu pengetahuan tidak selau harus dilihat dalam Konteks yang
berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam
membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan bahwa
epistemology, metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam
mengembangkan intelektual untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama
dan ilmu pengetahuan. Peran utamanya adalah memberikan rumusan-rumusan
konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang bisa dibenarkan dengan
ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan untuk digunakan sebagai premis-premis
dari berbagai jenis sains. Misalnya kosmologi, dengan adanya kosmologi dapat
membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti
fisika dan biologi.
Ilmu
pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif,
tersusun, dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama.
Sebut saja al-Quran, al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan
spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama dan segala pengembangan
ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam tentang
keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan
pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam pandangan al-Quran, pengetahuan tentang
benda-benda menjadi mungkin karena Tuhan memberikan fasilitas yang dibutuhkan
untuk mengetahui. Para ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam
tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari
Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui
dengan lantaran model dan metode bagaimana memperolehnya.
Al-Quran
bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan
metafisik dan spiritual. Panggilan al-Quran untuk “membaca dengan Nama Tuhanmu”
telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk
didalamnya pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan tentang realitas
Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang menyatakan, Ilmu pengetahuan
disebut ilmu pengetahuan yang sejati jika menghubungkan pengetahuan tentang
dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan.
Agama dan
ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing
berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna
pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman
yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan
yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu
pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus
ilmu pasti.
Sekalipun
demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani
tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik
agama maupun ilmu pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan
membantu manusia dalam bidangnya masing-masing dengan caranya sendiri.
Fungsi agama
dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop.
Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat
bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian
pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu
dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah
membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera. Jika ini
hanya dilakukan oleh akal maka akan menyesatkan manusia.
Mestinya, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga harus diimbangi oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peningkatan imtaq dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini. Tetapi, tragisnya pendidikan agama yang diperoleh dari sekolah umum kurang memadai untuk jam pelajarannya.
Mestinya, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga harus diimbangi oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peningkatan imtaq dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini. Tetapi, tragisnya pendidikan agama yang diperoleh dari sekolah umum kurang memadai untuk jam pelajarannya.
0 komentar: