Kebo Keboan

 
ADAT KEBO - KEBOAN

BANYUWANGI – Banyuwangi Festival 2016 kembali mengangkat tradisi agraris di Banyuwangi. Salah satunya, di Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh Banyuwangi yang akan menggelar ritual kebo-keboan (Kerbau-kerbauan), pada Minggu 2 Oktober mendatang. Ritual adat ini digelar sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar sawah masyarakat subur dan panen berlangsung sukses. Pada tradisi ini, sejumlah petani di desa tersebut kerasukan roh leluhur dan bertingkah layaknya kebo (kerbau). Kebo ini melakukan pun ritual layaknya hewan kerbau dalam proses bercocok tanam. Mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga kerbau ini menemani petani saat menabur benih padi. Menurut panitia penyelenggara, Indra Gunawan, tradisi ini dilakukan setiap awal bulan Suro penanggalan Jawa. Tradisi kebo-keboan ini sebenarnya telah diawali sejak satu minggu lalu dengan berziarah ke makam Buyut Karti. Buyut Karti merupakan leluhur Desa Alasmalang yang mengawali tradisi ini sejak 300 tahun lalu. “Konon, saat itu Desa Alasmalang dilanda wabah penyakit, lalu Buyut Karti mendapat wangsit untuk menggelar selamatan bersih desa. Selain juga adanya “petunjuk” menggelar adat kebo-keboan, dimana petani menjelma menjadi kerbau,” kata Indra.
Mengapa kerbau? Kerbau ini, imbuh Indra, simbolisasi mitra petani di sawah yang dianggap sangat berperan dalam meningkatkan hasil panen. Tradisi ini, nantinya akan tepat digelar Sabtu besok sekitar pukul 09.30 WIB. Ritual akan diawali kenduri desa, dimana warga membawa 12 tumpeng lengkap dengan ayam ingkungnya. Tumpeng ini pun dilengkapi 5 porsi jenang sengkolo, 7 porsi jenang suro. “Makna dari jumlah tumpeng dan jenang ini sebagai simbol jumlah bulan dan hari yang menandai siklus kehidupan manusia selama satu tahun ada 12 bulan, tujuh hari dan lima hari pasaran,” katanya.  
Selanjutnya, tumpeng-tumpeng akan dimakan bersama setelah didoakan oleh tetua adat. Usai makan tumpeng, akan dilanjutkan dengan ider bumi. Dalam ider bumi ini, belasan “kerbau petani” akan berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Setelah berkeliling desa, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.

Para petani yang didandani layaknya kerbau tersebut sebagian ada yang diyakini kerasukan roh gaib. Mereka berjalan seperti kerbau yang sedang membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak. Persis kerbau. “Ritual ini pun diakhiri dengan prosesi membajak sawah dan menabur benih padi oleh kerbau-kebauan tadi. Dalam prosesnya benih padi yang nantinya ditabur oleh Dewi Sri ini akan banyak diperebutkan warga, karena diyakini bibitnya akan menghasilkan hasil panen yang lebih berlimpah,” ujar Indra. Tradisi Kebo-keban di Banyuwangi ini digelar di dua wilayah yang berbeda. Selain di Alasmalang Singojuruh, kebo-keboan juga digelar di Desa Aliyan Rogojampi Banyuwangi pada 8 Oktober 2016. 

0 komentar: